Islam Rohmatan Lil'alamin
Islam Rohmatan Lil'alamin Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Rabu, 19 September 2012
Selasa, 24 Januari 2012
BENARKAH AJARAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB ITU SALAH?
IMAM ASH-SHON’ANI
AL-YAMANI
[Memuji
Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian menarik kembali pujiannya setelah
mengetahui bahwa ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab salah]
Beliau
memang awalnya sempat memuji dakwah Muhammad bin Abdul wahhab, shingga belaiu
membuat syair pujian berikut :
سلام على نجد ومن حل في نجد : وإن كان تسليمي على البعد لا يجدي
“Salamku untuk Najd dan siapa saja yang tinggal di sana
Walaupun salamku dari kejauhan belum mencukupinya.”
[Irsyadu
Dzawil Albab ila Haqiqati Aqwal Ibn Abdil Wahhab juz 1 hal. 40]
Lama tak
mendapat jawaban, hingga bebrapa orng dan ulama Najd mendatangi beliau dan
menceritakan hakekat ajaran Muhammad bin Abdul wahhab, maka
beliau meruju’ / mencabut kembali pujiannya itu. Padahal qosidah beliau telah
menyebar ke seluruh negeri.
Akhirnya
beliau mencabut pujianya itu dan membuat pujian tentang ruju’nya beliau dari
pujian kepada Muhammad bin Abdul wahhab. Dan membuat syarahnya di
dalam kitabnya: “Irsyadu Dzawil Albab ila Haqiqati Aqwal Ibn Abdil Wahhab “.
Qosdidah ruju’ beliau sangat terkenal di kalangan santri Yaman, di antara bait ruju’ beliau adalah :
رجعت عن القول الذي قلت في النجدي ::: فقد صح لي فيه خلاف الذي عندي
ظننت به خيرا وقلت عسى عسى ::::: نجد ناصحا يهدي الأنام ويستهدي
فقد خاب فيه الظن لا خاب نصحنا :::: وما كل ظن للحقائق لي مهدي
وقد جاءنا من أرضه الشيخ مربد :::فحقق من أحواله كل ما يبدي
وقد جاء من تأليفه برسائل :::::: يكفر أهل الأرض فيها على عمد
ظننت به خيرا وقلت عسى عسى ::::: نجد ناصحا يهدي الأنام ويستهدي
فقد خاب فيه الظن لا خاب نصحنا :::: وما كل ظن للحقائق لي مهدي
وقد جاءنا من أرضه الشيخ مربد :::فحقق من أحواله كل ما يبدي
وقد جاء من تأليفه برسائل :::::: يكفر أهل الأرض فيها على عمد
“ Aku
menarik kembali pujianku terhadap Muhammad bin Abdul wahhab An-Najdi
Sungguh telah benar kekeliruan pujiannku terhadapnya.”
“Aku menyangkka baik padanya, dan aku berdoa semoga, semoga Najd kita memberi petunjuk pada manusia.”
“Tapi persangkaanku salah, bukan nasehatku yg salah. Dan tidaklah semua prasangka memberikan kebenaran petunjuk kepadaku.”
Sungguh telah benar kekeliruan pujiannku terhadapnya.”
“Aku menyangkka baik padanya, dan aku berdoa semoga, semoga Najd kita memberi petunjuk pada manusia.”
“Tapi persangkaanku salah, bukan nasehatku yg salah. Dan tidaklah semua prasangka memberikan kebenaran petunjuk kepadaku.”
“Telah
datang kepadaku dari Najd syaikh Marbad. Dan menjelaskan hakekat ajaran
muhammad An-Najdi.”
“Dan telah datang dalam kitab-kitabnya, ia [Muhammad bin Abdul Wahhab] telah banyak mengkafirkan penduduk bumi dengan sengaja.”
“Dan telah datang dalam kitab-kitabnya, ia [Muhammad bin Abdul Wahhab] telah banyak mengkafirkan penduduk bumi dengan sengaja.”
[Irsyadu
Dzawil Albab ila Haqiqati Aqwal Ibn Abdil Wahhab juz 1 hal. 62-63]
Catatan :
Lihatlah,
bagaimana wahhabiyyah mengelabui umat Islam dalam tipu dayanya menulis
nama-nama para ulama islam sedunia yang memuji dan mendukung ajaran Muhammad
bin Abdul wahhab, padahal setelah dikroscek ternyata ulama-ulama
tersebut adalah hanya dari kalangan keluarga, putra, cucu dan murid Muhammad
bin Abdul Wahhab sendiri. Diantara ulam yg memujinya adalah dari kalangan
keluarganya saja diantaranya:
1. Ahmad bin Mani’
Bantahan : Siapakah Ahmad bin
Mani’ ? tidak ada lain nama lengkapnya adalah Ahmad bin Mani’ bin Ibrahim bin
mani’. Dia adalah salah satu murid Muhammad bin Abdul wahhab wafat tahun 1186
H. Lihat profilnya dalam kitab Ulama Najd juz 1 halaman 504.
2. Muhammad bin Ghoihab dan Muhammad
bin ‘Idan
Dia yang telah mengarang sebuah
risalah / buku kecil yang ditujukan kpd syaikh Abdullah Al-Muis (aswaja)
menasehati agar kembali kepada ajaran Tauhid Muhamamd
bin Abdul Wahhab.
Bantahan : Muhammad bin Ghoihab adalah murid Muhammad bin
Abdul Wahhab demikian juga Muhammad bin ‘idan.
Dan kita tanyakan kepada mereka: “Apa judul risalah tersebut dan di mana keberadaan risalah tersebut?”
Dan kita tanyakan kepada mereka: “Apa judul risalah tersebut dan di mana keberadaan risalah tersebut?”
3. Hamd bin Mu’ammar dan Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab
Kedua ulama tersebut telah
mengarang sebuah kitab “At-Taudhiih ‘an Tauhidil khollaq fii jawabi ahlil Iraq
“.
Bantahan : Hamd bin Mu’ammar
adalah murid Muhammad bin Adbul wahhab. Dan Abdullah adalah putra Muhammad bin
Abdul wahhab.
4. Al-Allamah syaikh Husain bin
ghonnam Al-Ihsaai
Dia pengarang kitab tarikh Najd.
Seorang ahli ilmu Nahwu dan arudh.
Bantahan : Dia telah menjdi murid Muhammad bin Abdul wahhab,
dan tidaklah mengarang kitab tarikh Najd terkecuali menambah wawasan akan
kedzaliman dan sejarah kelam Muhammad bin Abdul wahhab.
Di antara isinya adalah di halaman 97, disebutkan bahwa Syaikh Husain
menukil dari sebagian risalah gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai berikut : “Muhammad bin Abdul
wahhab bercerita: “Sesungguhnya
Utsman bin Mu’ammar adalah seorang hakim negeri Uyainah dia adalah musyrik dan
kafir. Setelah
orang-orang mengetahui kekufurannya, maka mereka berencana membunuhnya. Setelah
selesai sholat jum’at. Dan kami membunuhnya di tempat sholatnya di dalam masjid
bulan Rajab tahun 1163 H “.
Lihatlah Muhammad bin Abdul wahhab dengan bangga menceritakan
pembunuhannya terhadap Utsman bin Mu’ammar yang divonis kafir di dalam masjid
rumah Allah Swt ? Dan dengan percaya diri muridnya
tersebut mnceritakan kembali dalam kitab Tarikh
Najdnya.
5. Al-Allamah Hamd bin Nashir bin
Utsman bin Mu’ammar
Dia telah mengarang banyak
bantahan di angtaranya : Kitab “ An-Nubdzah Asy-Syarifah An-Nafisah fi r Radd
‘alal quburiyyin “, At-Tuhfah Al-Madaniyyah fil Aqidah As-Salafiyyah “..
Bantahan : Hamd ini adalah murid Muhammad bin Abdul wahhab dan
kakeknya yaitu Utsman bin Mu’ammar telah dibunuh oleh gurunya tersebut yaitu setelah selesai sholat jum’at dan masih berada
dalam tempat sholatnya di masjid.
6. Abdullah bin Muhamad bin Abdul Wahhab
Bantahan ; Dia adalah putra Muhamamd bin Abdul Wahhab, namanya
sering diulang-ulang penyebutannya dalam jajaran ulama yang memuji Muhammad bin
Abdul Wahhab. Dan dia telah menghalalkan darah
dan harta dengan jalan mencuri atau merampok kepada orang yang tidak mengikuti
paham ayahnya.
7. Syaikh Abdul Aziz bin Hamd
Bantahan : Dia adalah cucu
Muhammad bin Abdul wahhab.
8. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman abu Bathin
Bantahan ; Dia adalah salah satu
murid Abdullah putra Muhammad bin Abdul wahhab.
9. Al-Allamah syaikh Abdurrahman bin Hasan Alus syaikh
Bantahan ; dia adalah salah satu
cicit muhamamd bin Abdul wahhab.
10. Syaikh Abdurahman bin Muhammad bin Mani’
Dia telah mengarang qosidah di
dalam memuji Muhammad bin Abdul Wahhab.
Banthan : dia adalah salah satu
murid dari cucu Muhammad bin Abdull wahhab yaitu Abdurrahman bin Hasan.
11. Al-Allamah syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan
Bantahan : Dia putra dari cucu
Muhamamd bin Abdul wahhab.
12. syaikh Abdul Aziz bin Hasan Al-Fadhli
Bantahan ; Dia adalah salah satu
murdi cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abdurrahman bin hasan.
13. Syaikh Sholeh bin Muhammad Asy-Syatsri,
Dia yang telah mengarang kitab
abntahan kpd syaikh Ahmad Dahlan dengan judul “ Ta’yidul Malikil Mannan fi
Naqdhi dholalati Dahlan “.
Bantahan : dia adalah orang
yang belajar kepada Abdurrahman bin hasan cucu dr Muhammad bin Abdul
wahhab.
14. Al-Allamah syaikh Ishaq bin Abdurrahman bin hasan
Bantahan : Dia adalah putra dari Abdurrahman bin Hasan cucu dari Muhammad bin Abdul wahhab.
Bantahan : Dia adalah putra dari Abdurrahman bin Hasan cucu dari Muhammad bin Abdul wahhab.
15. Al-Allamah syaikh Hamd bin Ali bin Muhamad bin Atiq
Bantahan : Termasuk murid khusus yang selalu mengikuti majlis Abdurrahman bin hasan.
Bantahan : Termasuk murid khusus yang selalu mengikuti majlis Abdurrahman bin hasan.
16. Al-Allamah syaikh Husain bin Hasan bin Husain bin Ali bin
Husain bin Muhammad bin Abdul wahhab
Bantahan : Telah jelas dr keturunan
Muhammad bin Abdul wahhab.
17. Al-Allamah syaikh Abdurrahman bin Abdul Lathif Aalus syaikh
Bantahan : juga keturunan
Muhammad bin Abdul wahhab.
.18.
Al-Allamah syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa
Bantahan : Murid dari salah satu
murid cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abu Bathin.
19. Al-Allamah syaikh Nashir bin su’ud asy-syuwaimi
Bantahan : murdi dari cucu
Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abdullah bin Abdul Lathif.
20. Wahbah Az-Zuaili Ad-Dimasyqi
Bantahan : Beliau bukan pembela
Muhammad bin Abdul wahhab. Justru beliau adalah seorg asy’ari dan mencintai
ilmu tasawwuf. Bahkan beliau memuji kitab Burdah karya imam Bushiri. Dan yg
lainnya masih dari kalangan keluarganya saja.
Tidak
adakah ulama selain dari kalangan keluarga dan murid Muhammad bin Abdul wahhab yang
membela ajarannya?
Sedangkan
para ulama besar dari smua kalangan madzhab telah membantah dan mencela ajaran
Muhammad bin Abdul wahhab, ratusan ulama yang hidup semasa
dengan Muhamamd bin Abdul wahhab bahkan dari saudaranya sendiri yaitu syaikh
Sulaiman bin Abdul wahhab yang lebih memahami karakter suadaranya itu dan lebih
alim telah mencela dan membuat bantahan kepada saudaranya tersebut, Muhammad
bin Abdul wahhab. Belum lagiribuan ulama setelahnya yang mencela dan
tidak mendukung ajaran Muhamamd bin Abdul Wahhab.
Disarikan dari catatan : Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Minggu, 22 Januari 2012
IBNU TAIMIYAH DAN WAHABI MENSHAHIHKAN HADITS MUNKAR
(“Nabi Melihat Allah SWT Dalam Bentuk Pemuda Amrad”)
Kali ini hadis yang akan dibahas adalah hadis ru’yatullah riwayat Ibnu Abbas. Hadis ini juga tidak lepas dari kemungkaran yang nyata dengan lafaz “Melihat Allah SWT dalam bentuk pemuda amrad (yang belum tumbuh jenggot dan kumisnya)”.Tetapi anehnya hadis dengan lafaz mungkar ini tidak segan-segan dinyatakan shahih oleh syaikh salafy wahabi dan syaikh salafy yang terkenal Ibnu Taimiyyah.
Takhrij Hadis Ibnu Abbas
ثنا حماد بن سلمة عن قتادة عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي جعدا امرد عليه حلة خضراء
Telah menceritakan kepada kami
Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata
Rasulullah SAW bersabda “Aku melihat Rabbku dalam bentuk pemuda amrad berambut
keriting dengan pakaian berwarna hijau”.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi
dalam Asmaa’ was Shifaat no 938, Ibnu Ady dalam Al Kamil 2/260-261, Al Khatib
dalam Tarikh Baghdad 13/55 biografi Umar bin Musa bin Fairuz, Adz Dzahabi dalam
As Siyaar 10/113 biografi Syadzaan, Abu Ya’la dalam Ibthaalut Ta’wiilat no 122,
123, 125, 126,127 ,129, dan 143 (dengan sedikit perbedaan pada lafaznya), Ibnu
Jauzi dalam Al ‘Ilal Al Mutanahiyah no 15. Semuanya dengan jalan sanad yang
berujung pada Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.
Sedangkan yang meriwayatkan dari Hammad adalah Aswad bin Amir yakni Syadzaan
(tsiqat dalam At Taqrib 1/102), Ibrahim bin Abi Suwaid (tsiqat oleh Abu Hatim
dalam Al Jarh wat Ta’dil 2/123 no 377), Abdush Shamad bin Kaisan atau Abdush
Shamad bin Hasan (shaduq oleh Abu Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 6/51 no 272).
Hadis ini maudhu’ dengan sanad
yang dhaif dan matan yang mungkar. Hadis ini mengandung illat
* Hammad bin Salamah, ia tidak
tsabit riwayatnya dari Qatadah. Dia walaupun disebutkan sebagai perawi yang
tsiqah oleh para ulama, dia juga sering salah karena kekacauan pada hafalannya
sebagaimana yang disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 14 dan At Taqrib 1/238.
Disebutkan dalam Syarh Ilal Tirmidzi 2/164 yang dinukil dari Imam Muslim bahwa
Hammad bin Salamah banyak melakukan kesalahan dalam riwayatnya dari Qatadah.
Oleh karena itu hadis Hammad bin Salamah dari Qatadah ini tidak bisa dijadikan
hujjah apalagi jika menyendiri dan lafaznya mungkar.
* Tadlis Qatadah, Ibnu Hajar telah menyebutkannya dalam Thabaqat Al Mudallisin no 92 sebagai mudallis martabat ketiga, dimana Ibnu Hajar mengatakan bahwa pada martabat ketiga hadis perawi mudallis tidak dapat diterima kecuali ia menyebutkan penyimakannya dengan jelas. Dalam Tahrir At Taqrib no 5518 juga disebutkan bahwa hadis Qatadah lemah kecuali ia menyebutkan sama’ nya dengan jelas. Dalam hadis ini Qatadah meriwayatkan dengan ‘an ‘anah sehingga hadis ini lemah.
Kelemahan sanad hadisnya ditambah
dengan matan yang mungkar sudah cukup untuk menyatakan hadis ini maudhu’
sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal no 15. Kemungkaran
hadis ini juga tidak diragukan lagi bahkan diakui oleh Baihaqi dan Adz Dzahabi
dalam As Siyaar. Bashar Awad Ma’ruf dalam tahqiqnya terhadap kitab Tarikh
Baghdad 13/55 menyatakan hadis ini maudhu’.
Ibnu Taimiyyah dan Syaikh wahabi
ikut-ikutan menshahihkan hadis Ibnu Abbas ini. Ibnu taymiyah dan wahabi dengan
jelas menyatakan shahih marfu’ hadis dengan lafal pemuda amrad dalam kitabnya
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah 7/290.
Selasa, 20 Desember 2011
SEJARAH NATAL MENURUT AL-QUR’AN
Kata natal berasal dari bahasa Latin
yang berarti lahir. Namun secara istilah natal berarti upacara yang dilakukan
oleh umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Isa Al-Masih, yang mereka
sebut dengan Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus
antara tahun 325-254 SM oleh Paus Liberus yang ditetapkan pada tanggal 25
Desember, sekaligus sebagai momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang
juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 28 April, 18 Mei, atau 18 Oktober.
Kemudian, oleh Kaisar Konstantin tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan
sebagai hari kelahiran Yesus.
Untuk menyikap tabir Natal yang
diperingati pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai hari kelahiran
Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel (injil) tentang
kelahiran Yesus, sebagaimana yang dijelaskan dalam Injil Lukas (2): 1-8 dan
Injil Matius (2): 1 dan 10-11 (Adapun Injil Markus dan Yohanes tidak menuliskan
kisah kelahiran Yesus).
Bibel (Injil) Lukas (2): 1-8
berbunyi, ” Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh
untuk mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran pertama
kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah
semua orang mendaftarkan diri masing-masing di kotanya. Demikian juga Yusuf
pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea ke kota Daud yang bernama Betlehem,
karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud, supaya didaftarkan
bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka di
situ, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak
laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah
penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang sedang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. “
Bibel (Injil) Matius (2): 1 dan
10-11 berbunyi, “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman
Herodus datangalah orang-orang Majus dari Timur ke Yerussalem. Ketika mereka
melihat bintang itu sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke
dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama maria, ibunya.”
Wahai saudaraku, perhatikanlah isi
kedua Bibel di atas, terutama kata atau kalimat yang bergaris bawah dan dicetak
tebal. Maka, dapat kita ketahui bahwa terdapat pertentangan yang cukup jelas
antara kedua Bibel tersebut dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Pada Bibel Lukas
dijelaskan bahwa Yesus lahir pada zaman Kaisar Agustus, sedangkan Bibel Matius
pada zaman Herodus. Mana yang benar Nich???
Kemudian, kalau kita pahami isi
Bibel di atas, maka akan kita ketahui bahwa pada hakikatnya kedua Bibel
tersebut dengan sendirinya telah menolak mentah-mentah kelahiran Yesus pada
tanggal 25 Desember. Percaya tidak…!
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
” Maka rasa sakit akan melahirkan memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal
pohon kurma, ia berkata, ’Aduhai, alangkah baik aku mati sebelum ini, dan aku
menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan.’ Maka Malaikat Jibril
menyerunya dari tempat yang rendah, ’Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya
Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.’ Dan goyangkanlah pangkal
pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang
masak kepadamu.” [QS. Maryam (19): 23-25]
So (jadi), menurut Al-Qur’an bahwa
Isa Al-Masih dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah
dengan lebatnya.
Tidak berlebihan jika kita coba
meminjam pendapat sarjana Kristen bernama Dr. Arthur S. Peak. Beliau mengatakan
bahwa sebenarnya Yesus lahir dalam bulan Elul (Bulan Yahudi), bersamaan dengan
bulan Agustus sampai September. [Lihat Sholeh A. Nahdi, Bibel dalam Timbangan,
hal. 32]
Kemudian, tidak salah juga jika
mengutip tulisan Dr. Charles Franciss Petter yang mengatakan, “…Kesulitan
menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya, kematiannya terpaksa
ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat
dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran…” [Lihat Dr.
Charles Franciss Petter, The Lost of Jesus Revealed , hal 119]
Ternyata antara pemahaman yang
beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus, sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Bibel tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga
banyak dari ilmuwan-ilmuwan mereka yang mengatakan bahwa Yesus lahir pada tahnu
8 SM, tahun 6 SM, dan tahun sesudah Masehi. [Lihat Irena Handono, Perayaan
Natal 25 Desember: Antara Dogma dan Toleransi, hal. 25]
Benarkah Nabi Isa as lahir tanggal
25 Desember?
Dalam kajian tersebut ditegaskan
bahwa telah terjadi kesalahan sejarah dan penyelewengan literatur dalam kitab
injil yang menunjukkan bahwa Nabi Isa as lahir pada tanggal 25 Desember.
Kelahiran Nabi Isa as.
Padahal dalam Injil Lucas
menjelaskan bahwa Nabi Isa as lahir pada masa musim gugur, yakni sekitar pada
bulan Maret.
Sebagai rujukan atau landasan,
Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa Nabi Isa as lahir di bawah pohon kurma yang
saat itu banyak buahnya. Hal ini berarti Nabi Isa as lahir pada musim gugur.
Perhatikan ayat berikut ini,
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
٢٢
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh.” [QS. Maryam: 22]
فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ
قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا ٢٣
”Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".
[QS. Maryam: 23]
فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلا تَحْزَنِي قَدْ
جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا ٢٤
“ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah
kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu.” [QS. Maryam: 24]
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ
عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ٢٥
“ dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,” [QS. Maryam: 25]
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ
مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ
الْيَوْمَ إِنْسِيًّا ٢٦
“ Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat
seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusiapun pada hari ini". [QS. Maryam: 26]
Dalam ayat tersebut menunjukkan
bahwa kelahiran Nabi Isa as adalah bukan 25 Desember, melainkan pada musim
gugur kurma, karena Maryam mengambil kurma untuk makanan mereka berdua.
Tidak dijelaskan secara detail kapan
Nabi Isa as lahir, namun dar literatur dan kitab Injil menyatakan bahwa Nabi
Isa as lahir sekitar bulan Maret, musim gugur. Rakyat Konstantinopel
memperingati kelaharian Isa dengan menyembah dewa matahari pada musim gugur.
Akan tetapi, Paulus Liberus di Roma
pada abad ke-4 Masehi mengubah literatur Injil dengan menyebutkan Yesus lahir
pada 25 Desember. Hal itu diperuntukkan untuk menyatukan umat Kristen dan
Katolik dalam perayaan Natal, karena sesungguhnya perayaan Natal itu sendiri
merupakan budaya dari umat Katolik Roma pada masa Kaisar Konstantinopel.
Kaisar Konstantin melakukan
persembahan dan perayaan untuk menyembah dewa matahari pada musim gugur,
kemudian diikuti oleh rakyat yang akhirnya dikenal dengan Natal.
Jadi, dalam Al Qur'an telah
menunjukkan bahwa Hari Natal, Hari Kelahiran Nabi Isa as bukan tanggal 25
Desember, melainkan pada musim gugur kurma, yakni sekitar bulan Maret. Wallahu
A'lam.
Kamis, 01 Desember 2011
PAHAM-PAHAM YANG HARUS DILURUSKAN
[KITAB
MAFAHIM YUJIB AN TUSHOHHAH]
[Prof. DR. Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki
Al-Hasani]
مفاهيم يجب أن تصحح
لسليل بيت العلم والتقى الدكتور محمد علوي المالكي الحسني
خادم العلم الشريف
بالبلد الحرام
الناشر: دار جوامع الكلم
– الدراسة –
القاهرة
موقف الشيخ محمد بن عبد
الوهاب
وقد وقف الشيخ محمد بن
عبد الوهاب رحمه الله في هذا الميدان موقفاً عظيماً ، قد يستنكره كثير ممن يدعي
أنه منسوب إليه ومحسوب عليه ، ثم يكيل الحكم بالتكفير جزافاً لكل من خالف طريقته ونبذ
فكرته ، وها هو الشيخ محمد ابن عبد الوهاب ينكر كل ما ينسب إليه من هذه
التفاهات والسفاهات والافتراءات فيقول ضمن عقيدته في رسالته الموجهة لأهل القصيم
قال : ثم لا يخفى عليكم
أنه بلغني أن رسالة سليمان بن سحيم قد وصلت إليكم وأنه قبلها وصدقها بعض المنتمين
للعلم في جهتكم ، والله يعلم أن الرجل افترى عليَّ أموراً لم أقلها ولم يأت أكثرها
على بالي .
فمنها : قوله : إني مبطل
كتب المذاهب الأربعة ، وإني أقول : إن الناس من ستمائة سنة ليسوا على شيء ، وإني
أدعي الاجتهاد ، وإني خارج عن التقليد ، وإني أقول : إن اختلاف العلماء نقمة ،
وإني أكفر من توسل بالصالحين ، وإني أكفر البوصيري
لقوله : يا أكرم الخلق ، وإني أقول : لو أقدر على هدم قبة رسول
الله
لهدمتها ، ولو أقدر على الكعبة لأخذت ميزابها وجعلت لها ميزاباً من خشب ، وإني
أحرم زيارة قبر النبي ، وإني أنكر زيارة قبر الوالدين وغيرهما ، وإني
أكفر من حلف بغير الله ، وإني أكفر ابن الفارض وابن عربي ، وإني أحرق
دلائل الخيرات وروض الرياحين ، وأسميه روض الشياطين .
جوابي عن هذه المسائل :
أن أقول :
سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ ،
وقبله من بهت محمداً صلى الله عليه وسلم أنه يسب عيسى بن مريم ، ويسب الصالحين ،
فتشابهت قلوبهم بافتراء الكذب ، وقول زور . قال تعالى :
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللّهِ الآية ، بهتوه صلى الله عليه وسلم
بأنه يقول : إن الملائكـة وعيسى وعزيراً في النار ، فأنزل الله في ذلك : إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُم
مِّنَّا الْحُسْنَى أُوْلَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ .
أنظر الرسالة الأولى من
الرسائل الشخصية ضمن مجموعة مؤلفات الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب المنشورة
باهتمام جامعة الإمام محمد بن سعود الإسلامية .
SIKAP SYAIKH MUHAMMAD IBN ‘ABDUL WAHHAB MENYANGKUT
PENGKAFIRAN
Syaikh
Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab Rahimahullah memiliki sikap mulia dalam hal
pengkafiran.
Sebuah sikap yang dipandang aneh oleh mereka yang mengklaim sebagai pendukungnya
kemudian memvonis kafir secara serampangan terhadap siapapun yang berbeda jalan
dan menolak pemikiran mereka. Padahal Syaikh Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab sendiri
menolak semua pandangan-pandangan tak berharga yang dialamatkan kepadanya.
Dalam sebuah risalah yang dikirimkannya kepada penduduk Qashim pada bahasan
tentang aqidah ia menulis sebagai berikut:
“Telah
jelas bagi kalian bahwa telah sampai kepadaku berita mengenai risalah Sulaiman
ibn Suhaim yang telah sampai kepada kalian dan bahwa sebagian ulama di daerah
kalian menerima dan membenarkan isi risalah tersebut. Allah mengetahui bahwa
Sulaiman ibn Suhaim mengada-ada atas nama saya ucapan-ucapan yang tidak pernah
aku katakan dan kebanyakan tidak terlintas sama sekali di hatiku”.
“Diantaranya
ucapan Sulaiman bahwa saya menganggap sesat semua kitab madzhab empat Bahwa
manusia semenjak 600 tahun yang silam tidak menganut agama yang benar. Saya
mengklaim mampu berijtihad dan lepas dari taqlid. Perbedaan para ulama adalah
malapetaka dan saya mengkafirkan orang yang melakukan tawassul dengan
orangorang shalih, dan saya mengkafirkan Imam Al-Bushoiri karena ucapannya: “Wahai
Makhluk paling mulia”. “Seandainya saya mampu meruntuhkan kubah Rasulullah Shollallohu
‘alaihi wa sallam maka saya akan melakukannya dan jika mampu mengambil
talang Ka’bah yang terbuat dari emas maka saya akan menggantinya dengan talang
kayu. Saya mengharamkan ziarah ke makam Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, mengingkari ziarah ke makam kedua orang tua dan
makam orang lain, saya mengkafirkan orang yang bersumpah dengan selain Allah, mengkafirkan
Ibnu Faridl dan Ibnu ‘Araby, dan bahwasanya saya membakar kitab Dalailul
Khairaat dan Raudlul Rayaahin yang kemudian saya namakan Raudlul
Syayaathiin”.
”Jawaban
saya atas tuduhan telah mengucapkan perkataan-perkataan di atas adalah firman
allah :
سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
Artinya :
"Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."
(Q.S.
An-Nuur : 16)
Sebelum
apa yang saya alami terjadi, peristiwa mirip pernah dialami Nabi Shollallohu
‘alaihi wa sallam. Beliau dituduh telah memaki Isa ibn Maryam dan
orang-orang shalih. Hati mereka yang melakukan perbuatan terkutuk ini sama
persis sebab menciptakan kebohongan dan ucapan palsu. Allah berfirman :
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
بِآيَاتِ اللّهِ
"Sesungguhnya
yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah." (Q.S. An-Nahl : 105)
Kafir
Quraisy melontarkan tuduhan palsu bahwa Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa Malaikat, Isa dan ‘Uzair berada di
neraka. Lalu Allah menurunkan firman-Nya :
إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُم مِّنَّا الْحُسْنَى
أُوْلَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ
"Bahwasanya
orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, Mereka
itu dijauhkan dari neraka."(Q.S. Al-Anbiyaa` : 101)
رسالة مهمة أخرى للشيخ
في الموضع
هذه رسالة أرسلها الشيخ
محمد بن عبد الوهاب إلى السويدي عالم من أهل العراق ، وكان قد أرسل له كتاباً
وسأله عما يقول الناس فيه ، فأجابه بهذه الرسالة : قال فيها :
إن إشاعة البهتان بما
يستحي العاقل أن يحكيه فضلاً عن أن يفتريه مما قلتم : أنني أكفر جميع الناس إلا من
اتبعني ، ويا عجباً كيف يدخل هذا في عقل عاقل ، وهل يقول هذا مسلم ؟ وما قلتم : لو أنني أقدر على هدم قبة النبي صلى الله
عليه وسلم لهدمتها ، وفي دلائل
الخيرات وحرمته ، وأنهى عن الصلاة على النبي صلى الله
عليه وسلم بأي النظم كان ، فهذا من
البهتان ، والمسلم لا يظن من قلبه أجلّ من كتاب الله .
وفي صحيفة 64 من نفس
الكتاب قال رحمه الله : وما قلتم : أنني أكفر من توسل بالصالحين ، وأكفر البوصيري
لقوله : يا أكرم الخلق ، وأنكر زيارة قبر النبي صلى الله
عليه وسلم، وأنكر زيارة قبور
الوالدين وغيرهم ، وأكفر من حلف بغير الله .
جوابي على ذلك أقول :
سبحانك هذا بهتان عظيم .
أنظر القسم الخامس – الرسائل الشخصية ص37 من مجموعة
مؤلفات الشيخ -.
RISALAH
PENTING LAIN KARYA SYAIKH MUHAMMAD IBN ABDUL WAHHAB DALAM MASALAH PENGKAFIRAN
Risalah ini dikirimkan kepada
As-Suwaidi, seorang ulama Iraq. Sebelumnya As-Suwaidi mengirimkan buku dan
menanyakan mengenai apa yang diperbincangkan masyarakat. Kemudian Syaikh
menjawab dalam risalahnya:
”Tersebarnya kebohongan adalah
hal yang membuat orang yang berakal merasa malu untuk menceritakannya apalagi
untuk membuat-buat hal-hal yang tidak ada faktanya. Sebagian dari apa yang
kalian katakan adalah bahwasanya saya mengkafirkan semua orang kecuali mereka
yang mengikutiku. Sungguh aneh, bagaimana mungkin kebohongan ini masuk ke akal
orang yang berakal? Dan bagaimana mungkin seorang muslim akan melontarkan
ucapan demikian?” “Dan apa yang kalian katakan : Seandainya saya mampu
meruntuhkan kubah Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, niscaya saya akan
merealisasikannya, membakar dalailul khairaat jika mampu dan melarang
bersholawat kepada Nabi dengan ungkapan sholawat apapun. Perkataan-perkataan
ini dikategorikan kebohongan. Dalam hati seorang muslim tidak terbesit dalam
hatinya sesuatu yang lebih agung melebihi Al-Qur’an.”
Pada halaman 64 dari kitab yang
sama Syaikh berkata : "Apa yang kalian katakan bahwa saya telah
mengkafirkan orang yang melakukan tawassul dengan orang-orang shalih,
mengkafirkan Bushiri karena ungkapannya : Wahai makhluk paling mulia,
mengingkari diperkenankannya ziarah kubur Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam,
kuburan kedua orang tua dan kuburan-kuburan orang lain serta mengkafirkan orang
yang bersumpah menggunakan nama selain Allah, maka jawaban saya atas semua
tuduhan ini adalah Firman Allah:
سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
"Maha suci Engkau (ya
Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."(Q.S. An-Nuur : 16)
[Lihat: Bagian kelima Ar-Rosail Asy-Syakhshiyah hal. 37 dari
ensiklopedi kitab karangan Muhammad bin Abdul Wahhab]
سباب المسلم فسوق وقتاله
كفر
إعلم أنّ كراهة المسلمين
ومقاطعتهم ومدابرتهم محرّمة وكان سباب المسلم فسوقاً وقتاله كفراً إذا استحل .
وكفى رادعاً في هذا
الباب حديث خالد بن الوليد رضي الله عنه في سريته إلى بني جذيمة يدعوهم إلى
الإسلام ، فلما انتهى إليهم تلقوه ، فقال لهم : أسلموا ، فقالوا : نحن قوم مسلمون
، قال : فألقوا سلاحكم وانزلوا ، قالوا : لا والله ما بعد وضع السلاح إلا القتل ما
نحن بآمنين لك ولا لمن معك ، قال خالد فلا أمان لكم إلا أن تنزلوا فنزلت فرقة
منهم وتفرقت بقية القوم
وفي رواية انتهى خالد
إلى القوم فتلقوه ، فقال لهم ما أنتم أي : أمسلمون ؟ أم كفار ؟ قالوا : مسلمون قد
صلينا وصدقنا بمحمد صلى الله عليه وسلم وبنينا المساجد في ساحتنا وأذنا فيها ، وفي
لفظه لم يحسنوا أن يقولوا : أسلمنا ، فقالوا: صبأنا صبأنا ، قال فما بال السلاح
عليكم ؟ قالوا : إن بيننا وبين قوم من العرب عداوة فخفنا أن تكونوا هم فأخذنا
السلاح ، قال : فضعوا السلاح فوضعوا، فقال : استأسروا فأمر بعضهم فكتف بعضاً
وفرقهم في أصحابه فلما كان السحر نادى منادي خالد : من كان معه أسير فليقتله ،
فقتل بنو سليم من كان معهم وامتنع المهاجرون والأنصار رضي الله عنهم ،
وأرسلوا أسراهم فلما بلغ النبي صلى الله عليه وسلم ما فعل خالد ، قال : اللهم إني أبرأ
إليك مما صنع خالد ، قال ذلك مرتين .
وقد يقال أن خالداً فهم
أنهم قالوا ذلك على سبيل الأنفة وعدم الانقياد إلى الإسلام وإنما أنكر عليه
صلى الله عليه وآله وسلم العجلة وعدم التثبت في أمرهم قبل أن يعلم المراد من
قولهم صبأنا ، وقد قال عليه الصلاة والسلام نعم عبد الله أخو العشيرة خالد بن
الوليد سيف من سيوف الله سله الله على الكافرين والمنافقين .
وكذلك قصة أسامة بن زيد
حب رسول الله وابن حبه فيما رواه عنه البخاري عن أبي ظبيان قال : سمعت أسامة بن
زيد يقول : بعثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الحرقة ، فصبحنا القوم فهزمناهم
ولحقت أنا ورجل من الأنصار رجلاً منهم ، فلما غشيناه قال : لا إله إلا الله ، فكف
الأنصاري عنه وطعنته برمحي حتى قتلته ، فلما قدمنا بلغ النبي صلى الله عليه
وآله وسلم ، فقال : يا أسامة ! أقتلته بعدما قال : لا إله إلا الله ،
قلت : كان متعوذاً ، فما زال يكررها حتى تمنيت أني لم أكن أسلمت ذلك اليوم ، وفي
رواية أخرى أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال له : ألا
شققت على قلبه ، فتعلم أصادق أم كاذب قال أسامة : لا أقاتل أحداً يشهد أن لا
إله إلا الله .
وقد سئل علي – رضي الله عنه – عن المخالفين له من الفرق أكفار
هم ؟ قال : لا ، إنهم من الكفر فروا ، فقيل : أمنافقون هم ؟ فقال : لا ، إن
المنافقين لا يذكرون الله إلا قليلاً ، وهؤلاء يذكرون الله كثيراً ، فقيل :
أي شيء هم ؟ قال : قوم أصابتهم الفتنة فعموا وصمُّوا .
MEMAKI
ORANG ISLAM ADALAH TINDAKAN FASIQ DAN MEMERANGINYA ADALAH TINDAKAN KUFUR
Ketahuilah bahwa membenci,
memboikot dan berseberangan dengan kaum muslimin adalah haram, memaki orang
Islam adalah tindakan fasiq dan memeranginya adalah tindakan kufur jika menilai
tindakan tersebut adalah halal.
Kisah mengenai Khalid ibn Walid
bersama pasukannya ketika menuju Bani Jadzimah untuk mengajak mereka masuk
Islam cukup digunakan untuk menolak pemahaman harfiah (literal) dari
judul di atas. Saat Khalid tiba di tempat mereka, mereka menyambutnya. Lalu
Khalid mengeluarkan instruksi, “Peluklah agama Islam!”. “ Kami adalah kaum
muslimin,” Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian dan turunlah.” Lanjut Khalid.
“Tidak, demi Allah. Karena setelah senjata diletakkan pasti ada pembunuhan. Kami
tidak bisa mempercayai kamu dan orang-orang yang bersama kamu.” Jawab mereka
kembali. “Tidak ada perlindungan buat kalian kecuali jika kalian mau turun,” Kata
Khalid. Akhirnya sebagian kaum menuruti perintah Khalid dan sisanya tercerai-berai.
Dalam riwayat lain redaksinya
sebagai berikut : Ketika Khalid tiba bertemu mereka, mereka menyambutnya. Lalu
Khalid bertanya, “Siapakah kalian? Apakah kaum muslimin atau kaum kafir?”.
“Kami adalah kaum muslimin yang menjalankan sholat, membenarkan Muhammad,
membangun masjid di tanah lapang kami dan mengumandangkan adzan di
dalamnya.” Jawab mereka. Dalam lafadz hadits, mereka tidak bisa mengucapkan Aslamnaa
(Kami berserah diri), akhirnya mereka mengatakan Shoba’naa. Shoba’naa.
“ Buat apa senjata yang kalian bawa?, tanya Khalid. “Ada permusuhan antara kami
dan sebuah kaum Arab. Oleh karena itu kami khawatir kalian adalah mereka hingga
kami pun membawa senjata.” Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian!” Perintah
Khalid. Mereka pun mengikuti perintah Khalid untuk meletakkan senjata.
“Menyerahlah kalian semua sebagai tawanan!” Lanjut Khalid. Kemudian Khalid
menyuruh sebagian dari kaum untuk mengikat sebagian yang lain dan membagikan
mereka kepada pasukannya.
Ketika tiba waktu pagi, juru
bicara Khalid berteriak : “Siapapun yang memiliki tawanan bunuhlah ia!”. Maka
Banu Sulaim membunuh tawanan mereka. Namun kaum Muhajirin dan Anshor menolak
perintah ini. Mereka malah melepaskan para tawanan. Ketika tindakan Khalid ini
sampai kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata, “ Ya Allah,
saya tidak bertanggung jawab atas tindakan Khalid.” Beliau mengulang ucapan ini
dua kali.
Ada pendapat yang menyatakan
bahwa Khalid mengira mereka mengatakan Shoba’naa dengan angkuh dan
menolak tunduk kepada Islam. Hanya saja yang disesalkan Rasulullah adalah
ketergesa-gesaan dan ketidak hati-hatiannya dalam menangani kasus ini sebelum
mengetahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan Shoba’naa. Nabi Shollallohu ‘alaihi wa
sallam sendiri pernah mengatakan :
“Sebaik-baik
hamba Allah adalah saudara kabilah Quraisy ; Khalid ibn Walid, salah satu
pedang Allah yang terhunus untuk menghancurkan orang-orang kafir dan munafik”.
Persis seperti apa yang dialami
Khalid adalah peristiwa yang menimpa Usamah ibn Zaid kekasih dan putra kekasih
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam berdasarkan hadits yang diriwayatkan
Al-Bukhari dari Abi Dzibyan. Abi Dzibyan berkata, “Saya mendengar Usamah ibn
Zaid berkata, “Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam mengirim kami ke desa
Al-Huraqah. Kemudian kami menyerang mereka di waktu pagi dan berhasil
mengalahkan mereka. Saya dan seorang laki-laki Anshar mengejar seorang
laki-laki Bani Dzibyan.
Ketika kami berdua telah
mengepungnya tiba-tiba ia berkata, “La Ilaaha illallah”. Ucapan
laki-laki ini membuat temanku orang Anshor mengurungkan niat untuk membunuhnya
namun saya menikamnya dan diapun mati. Ketika kami tiba kembali di Madinah,
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mendengar informasi tentang tindakan
pembunuhan yang saya lakukan. Beliau pun berkata, “ Wahai Usamah! Mengapa
engkau membunuhnya setelah dia mengatakan Laa Ilaaha illallah?!” “Dia hanya
berpura-pura,” Jawabku. Nabi mengucapkan pertanyaannya berulang-ulang
sampai-sampai saya berharap baru masuk Islam pada hari tersebut.
Dalam riwayat lain disebutkan
bahwa Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Usamah, “Mengapa
tidak engkau robek saja hatinya agar kamu tahu apakah dia sungguh-sungguh atau
berpura-pura?”. “Saya tidak akan pernah lagi membunuh siapapun yang
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”. Kata Usamah.
Sayyidina Ali ra. pernah ditanya
mengenai kelompok-kelompok yang menentangnya, “Apakah mereka kafir ?”, “Tidak,”
jawab Ali, “Mereka adalah orang-orang yang menjauhi kekufuran”. “Apakah mereka
kaum munafik?”. “Bukan, orang-orang munafik hanya sekelebat mengingat Allah
sedang mereka banyak mengingat Allah”. “Terus siapakah mereka?” Ali kembali
ditanya. “Mereka adalah kaum yang terkena fitnah yang mengakibatkan mereka buta
dan tuli”, jawab Ali. Wallohu a’lam bish-Showab
Langganan:
Postingan (Atom)