Islam Rohmatan Lil'alamin Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Rabu, 19 September 2012
Selasa, 24 Januari 2012
BENARKAH AJARAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB ITU SALAH?
IMAM ASH-SHON’ANI
AL-YAMANI
[Memuji
Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian menarik kembali pujiannya setelah
mengetahui bahwa ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab salah]
Beliau
memang awalnya sempat memuji dakwah Muhammad bin Abdul wahhab, shingga belaiu
membuat syair pujian berikut :
سلام على نجد ومن حل في نجد : وإن كان تسليمي على البعد لا يجدي
“Salamku untuk Najd dan siapa saja yang tinggal di sana
Walaupun salamku dari kejauhan belum mencukupinya.”
[Irsyadu
Dzawil Albab ila Haqiqati Aqwal Ibn Abdil Wahhab juz 1 hal. 40]
Lama tak
mendapat jawaban, hingga bebrapa orng dan ulama Najd mendatangi beliau dan
menceritakan hakekat ajaran Muhammad bin Abdul wahhab, maka
beliau meruju’ / mencabut kembali pujiannya itu. Padahal qosidah beliau telah
menyebar ke seluruh negeri.
Akhirnya
beliau mencabut pujianya itu dan membuat pujian tentang ruju’nya beliau dari
pujian kepada Muhammad bin Abdul wahhab. Dan membuat syarahnya di
dalam kitabnya: “Irsyadu Dzawil Albab ila Haqiqati Aqwal Ibn Abdil Wahhab “.
Qosdidah ruju’ beliau sangat terkenal di kalangan santri Yaman, di antara bait ruju’ beliau adalah :
رجعت عن القول الذي قلت في النجدي ::: فقد صح لي فيه خلاف الذي عندي
ظننت به خيرا وقلت عسى عسى ::::: نجد ناصحا يهدي الأنام ويستهدي
فقد خاب فيه الظن لا خاب نصحنا :::: وما كل ظن للحقائق لي مهدي
وقد جاءنا من أرضه الشيخ مربد :::فحقق من أحواله كل ما يبدي
وقد جاء من تأليفه برسائل :::::: يكفر أهل الأرض فيها على عمد
ظننت به خيرا وقلت عسى عسى ::::: نجد ناصحا يهدي الأنام ويستهدي
فقد خاب فيه الظن لا خاب نصحنا :::: وما كل ظن للحقائق لي مهدي
وقد جاءنا من أرضه الشيخ مربد :::فحقق من أحواله كل ما يبدي
وقد جاء من تأليفه برسائل :::::: يكفر أهل الأرض فيها على عمد
“ Aku
menarik kembali pujianku terhadap Muhammad bin Abdul wahhab An-Najdi
Sungguh telah benar kekeliruan pujiannku terhadapnya.”
“Aku menyangkka baik padanya, dan aku berdoa semoga, semoga Najd kita memberi petunjuk pada manusia.”
“Tapi persangkaanku salah, bukan nasehatku yg salah. Dan tidaklah semua prasangka memberikan kebenaran petunjuk kepadaku.”
Sungguh telah benar kekeliruan pujiannku terhadapnya.”
“Aku menyangkka baik padanya, dan aku berdoa semoga, semoga Najd kita memberi petunjuk pada manusia.”
“Tapi persangkaanku salah, bukan nasehatku yg salah. Dan tidaklah semua prasangka memberikan kebenaran petunjuk kepadaku.”
“Telah
datang kepadaku dari Najd syaikh Marbad. Dan menjelaskan hakekat ajaran
muhammad An-Najdi.”
“Dan telah datang dalam kitab-kitabnya, ia [Muhammad bin Abdul Wahhab] telah banyak mengkafirkan penduduk bumi dengan sengaja.”
“Dan telah datang dalam kitab-kitabnya, ia [Muhammad bin Abdul Wahhab] telah banyak mengkafirkan penduduk bumi dengan sengaja.”
[Irsyadu
Dzawil Albab ila Haqiqati Aqwal Ibn Abdil Wahhab juz 1 hal. 62-63]
Catatan :
Lihatlah,
bagaimana wahhabiyyah mengelabui umat Islam dalam tipu dayanya menulis
nama-nama para ulama islam sedunia yang memuji dan mendukung ajaran Muhammad
bin Abdul wahhab, padahal setelah dikroscek ternyata ulama-ulama
tersebut adalah hanya dari kalangan keluarga, putra, cucu dan murid Muhammad
bin Abdul Wahhab sendiri. Diantara ulam yg memujinya adalah dari kalangan
keluarganya saja diantaranya:
1. Ahmad bin Mani’
Bantahan : Siapakah Ahmad bin
Mani’ ? tidak ada lain nama lengkapnya adalah Ahmad bin Mani’ bin Ibrahim bin
mani’. Dia adalah salah satu murid Muhammad bin Abdul wahhab wafat tahun 1186
H. Lihat profilnya dalam kitab Ulama Najd juz 1 halaman 504.
2. Muhammad bin Ghoihab dan Muhammad
bin ‘Idan
Dia yang telah mengarang sebuah
risalah / buku kecil yang ditujukan kpd syaikh Abdullah Al-Muis (aswaja)
menasehati agar kembali kepada ajaran Tauhid Muhamamd
bin Abdul Wahhab.
Bantahan : Muhammad bin Ghoihab adalah murid Muhammad bin
Abdul Wahhab demikian juga Muhammad bin ‘idan.
Dan kita tanyakan kepada mereka: “Apa judul risalah tersebut dan di mana keberadaan risalah tersebut?”
Dan kita tanyakan kepada mereka: “Apa judul risalah tersebut dan di mana keberadaan risalah tersebut?”
3. Hamd bin Mu’ammar dan Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab
Kedua ulama tersebut telah
mengarang sebuah kitab “At-Taudhiih ‘an Tauhidil khollaq fii jawabi ahlil Iraq
“.
Bantahan : Hamd bin Mu’ammar
adalah murid Muhammad bin Adbul wahhab. Dan Abdullah adalah putra Muhammad bin
Abdul wahhab.
4. Al-Allamah syaikh Husain bin
ghonnam Al-Ihsaai
Dia pengarang kitab tarikh Najd.
Seorang ahli ilmu Nahwu dan arudh.
Bantahan : Dia telah menjdi murid Muhammad bin Abdul wahhab,
dan tidaklah mengarang kitab tarikh Najd terkecuali menambah wawasan akan
kedzaliman dan sejarah kelam Muhammad bin Abdul wahhab.
Di antara isinya adalah di halaman 97, disebutkan bahwa Syaikh Husain
menukil dari sebagian risalah gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai berikut : “Muhammad bin Abdul
wahhab bercerita: “Sesungguhnya
Utsman bin Mu’ammar adalah seorang hakim negeri Uyainah dia adalah musyrik dan
kafir. Setelah
orang-orang mengetahui kekufurannya, maka mereka berencana membunuhnya. Setelah
selesai sholat jum’at. Dan kami membunuhnya di tempat sholatnya di dalam masjid
bulan Rajab tahun 1163 H “.
Lihatlah Muhammad bin Abdul wahhab dengan bangga menceritakan
pembunuhannya terhadap Utsman bin Mu’ammar yang divonis kafir di dalam masjid
rumah Allah Swt ? Dan dengan percaya diri muridnya
tersebut mnceritakan kembali dalam kitab Tarikh
Najdnya.
5. Al-Allamah Hamd bin Nashir bin
Utsman bin Mu’ammar
Dia telah mengarang banyak
bantahan di angtaranya : Kitab “ An-Nubdzah Asy-Syarifah An-Nafisah fi r Radd
‘alal quburiyyin “, At-Tuhfah Al-Madaniyyah fil Aqidah As-Salafiyyah “..
Bantahan : Hamd ini adalah murid Muhammad bin Abdul wahhab dan
kakeknya yaitu Utsman bin Mu’ammar telah dibunuh oleh gurunya tersebut yaitu setelah selesai sholat jum’at dan masih berada
dalam tempat sholatnya di masjid.
6. Abdullah bin Muhamad bin Abdul Wahhab
Bantahan ; Dia adalah putra Muhamamd bin Abdul Wahhab, namanya
sering diulang-ulang penyebutannya dalam jajaran ulama yang memuji Muhammad bin
Abdul Wahhab. Dan dia telah menghalalkan darah
dan harta dengan jalan mencuri atau merampok kepada orang yang tidak mengikuti
paham ayahnya.
7. Syaikh Abdul Aziz bin Hamd
Bantahan : Dia adalah cucu
Muhammad bin Abdul wahhab.
8. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman abu Bathin
Bantahan ; Dia adalah salah satu
murid Abdullah putra Muhammad bin Abdul wahhab.
9. Al-Allamah syaikh Abdurrahman bin Hasan Alus syaikh
Bantahan ; dia adalah salah satu
cicit muhamamd bin Abdul wahhab.
10. Syaikh Abdurahman bin Muhammad bin Mani’
Dia telah mengarang qosidah di
dalam memuji Muhammad bin Abdul Wahhab.
Banthan : dia adalah salah satu
murid dari cucu Muhammad bin Abdull wahhab yaitu Abdurrahman bin Hasan.
11. Al-Allamah syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan
Bantahan : Dia putra dari cucu
Muhamamd bin Abdul wahhab.
12. syaikh Abdul Aziz bin Hasan Al-Fadhli
Bantahan ; Dia adalah salah satu
murdi cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abdurrahman bin hasan.
13. Syaikh Sholeh bin Muhammad Asy-Syatsri,
Dia yang telah mengarang kitab
abntahan kpd syaikh Ahmad Dahlan dengan judul “ Ta’yidul Malikil Mannan fi
Naqdhi dholalati Dahlan “.
Bantahan : dia adalah orang
yang belajar kepada Abdurrahman bin hasan cucu dr Muhammad bin Abdul
wahhab.
14. Al-Allamah syaikh Ishaq bin Abdurrahman bin hasan
Bantahan : Dia adalah putra dari Abdurrahman bin Hasan cucu dari Muhammad bin Abdul wahhab.
Bantahan : Dia adalah putra dari Abdurrahman bin Hasan cucu dari Muhammad bin Abdul wahhab.
15. Al-Allamah syaikh Hamd bin Ali bin Muhamad bin Atiq
Bantahan : Termasuk murid khusus yang selalu mengikuti majlis Abdurrahman bin hasan.
Bantahan : Termasuk murid khusus yang selalu mengikuti majlis Abdurrahman bin hasan.
16. Al-Allamah syaikh Husain bin Hasan bin Husain bin Ali bin
Husain bin Muhammad bin Abdul wahhab
Bantahan : Telah jelas dr keturunan
Muhammad bin Abdul wahhab.
17. Al-Allamah syaikh Abdurrahman bin Abdul Lathif Aalus syaikh
Bantahan : juga keturunan
Muhammad bin Abdul wahhab.
.18.
Al-Allamah syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa
Bantahan : Murid dari salah satu
murid cucu Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abu Bathin.
19. Al-Allamah syaikh Nashir bin su’ud asy-syuwaimi
Bantahan : murdi dari cucu
Muhammad bin Abdul wahhab yaitu Abdullah bin Abdul Lathif.
20. Wahbah Az-Zuaili Ad-Dimasyqi
Bantahan : Beliau bukan pembela
Muhammad bin Abdul wahhab. Justru beliau adalah seorg asy’ari dan mencintai
ilmu tasawwuf. Bahkan beliau memuji kitab Burdah karya imam Bushiri. Dan yg
lainnya masih dari kalangan keluarganya saja.
Tidak
adakah ulama selain dari kalangan keluarga dan murid Muhammad bin Abdul wahhab yang
membela ajarannya?
Sedangkan
para ulama besar dari smua kalangan madzhab telah membantah dan mencela ajaran
Muhammad bin Abdul wahhab, ratusan ulama yang hidup semasa
dengan Muhamamd bin Abdul wahhab bahkan dari saudaranya sendiri yaitu syaikh
Sulaiman bin Abdul wahhab yang lebih memahami karakter suadaranya itu dan lebih
alim telah mencela dan membuat bantahan kepada saudaranya tersebut, Muhammad
bin Abdul wahhab. Belum lagiribuan ulama setelahnya yang mencela dan
tidak mendukung ajaran Muhamamd bin Abdul Wahhab.
Disarikan dari catatan : Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Minggu, 22 Januari 2012
IBNU TAIMIYAH DAN WAHABI MENSHAHIHKAN HADITS MUNKAR
(“Nabi Melihat Allah SWT Dalam Bentuk Pemuda Amrad”)
Kali ini hadis yang akan dibahas adalah hadis ru’yatullah riwayat Ibnu Abbas. Hadis ini juga tidak lepas dari kemungkaran yang nyata dengan lafaz “Melihat Allah SWT dalam bentuk pemuda amrad (yang belum tumbuh jenggot dan kumisnya)”.Tetapi anehnya hadis dengan lafaz mungkar ini tidak segan-segan dinyatakan shahih oleh syaikh salafy wahabi dan syaikh salafy yang terkenal Ibnu Taimiyyah.
Takhrij Hadis Ibnu Abbas
ثنا حماد بن سلمة عن قتادة عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي جعدا امرد عليه حلة خضراء
Telah menceritakan kepada kami
Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata
Rasulullah SAW bersabda “Aku melihat Rabbku dalam bentuk pemuda amrad berambut
keriting dengan pakaian berwarna hijau”.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi
dalam Asmaa’ was Shifaat no 938, Ibnu Ady dalam Al Kamil 2/260-261, Al Khatib
dalam Tarikh Baghdad 13/55 biografi Umar bin Musa bin Fairuz, Adz Dzahabi dalam
As Siyaar 10/113 biografi Syadzaan, Abu Ya’la dalam Ibthaalut Ta’wiilat no 122,
123, 125, 126,127 ,129, dan 143 (dengan sedikit perbedaan pada lafaznya), Ibnu
Jauzi dalam Al ‘Ilal Al Mutanahiyah no 15. Semuanya dengan jalan sanad yang
berujung pada Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.
Sedangkan yang meriwayatkan dari Hammad adalah Aswad bin Amir yakni Syadzaan
(tsiqat dalam At Taqrib 1/102), Ibrahim bin Abi Suwaid (tsiqat oleh Abu Hatim
dalam Al Jarh wat Ta’dil 2/123 no 377), Abdush Shamad bin Kaisan atau Abdush
Shamad bin Hasan (shaduq oleh Abu Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 6/51 no 272).
Hadis ini maudhu’ dengan sanad
yang dhaif dan matan yang mungkar. Hadis ini mengandung illat
* Hammad bin Salamah, ia tidak
tsabit riwayatnya dari Qatadah. Dia walaupun disebutkan sebagai perawi yang
tsiqah oleh para ulama, dia juga sering salah karena kekacauan pada hafalannya
sebagaimana yang disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 14 dan At Taqrib 1/238.
Disebutkan dalam Syarh Ilal Tirmidzi 2/164 yang dinukil dari Imam Muslim bahwa
Hammad bin Salamah banyak melakukan kesalahan dalam riwayatnya dari Qatadah.
Oleh karena itu hadis Hammad bin Salamah dari Qatadah ini tidak bisa dijadikan
hujjah apalagi jika menyendiri dan lafaznya mungkar.
* Tadlis Qatadah, Ibnu Hajar telah menyebutkannya dalam Thabaqat Al Mudallisin no 92 sebagai mudallis martabat ketiga, dimana Ibnu Hajar mengatakan bahwa pada martabat ketiga hadis perawi mudallis tidak dapat diterima kecuali ia menyebutkan penyimakannya dengan jelas. Dalam Tahrir At Taqrib no 5518 juga disebutkan bahwa hadis Qatadah lemah kecuali ia menyebutkan sama’ nya dengan jelas. Dalam hadis ini Qatadah meriwayatkan dengan ‘an ‘anah sehingga hadis ini lemah.
Kelemahan sanad hadisnya ditambah
dengan matan yang mungkar sudah cukup untuk menyatakan hadis ini maudhu’
sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal no 15. Kemungkaran
hadis ini juga tidak diragukan lagi bahkan diakui oleh Baihaqi dan Adz Dzahabi
dalam As Siyaar. Bashar Awad Ma’ruf dalam tahqiqnya terhadap kitab Tarikh
Baghdad 13/55 menyatakan hadis ini maudhu’.
Ibnu Taimiyyah dan Syaikh wahabi
ikut-ikutan menshahihkan hadis Ibnu Abbas ini. Ibnu taymiyah dan wahabi dengan
jelas menyatakan shahih marfu’ hadis dengan lafal pemuda amrad dalam kitabnya
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah 7/290.
Langganan:
Postingan (Atom)