Pages

Sabtu, 18 Juni 2011

MENSIKAPI FIRQAH-FIRQAH ISLAM



            Sesungguhnya Nabi Muhammad saw menjadi seorang utusan Allah SWT hakekatnya untuk menyebarkan kasih sayang bagi semesta alam, juga untuk memberi kabar gembira, dan memberi peringatan bagi umat manusia. Demikianlah sesungguhnya agama islam yang dibawanya. Seiring perjalanan waktu setelah baliau wafat, mulailah warisan yang ditinggalkan sebagai petunjuk tersebut, menimbulkan berbagai macam persepsi dalam memahaminya. Pasalnya, setelah Rasulullah saw wafat maka terputuslah bimbingan dan keteladanan Nabi sebagai petunjuk manusia, sedang perubahan dan masalah timbul silih berganti menuntut jalan keluar dan konsekuensinya. Mulailah para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan ulama berikutnya berijtihad secara hanif (fleksibel) dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits demi mencari solusi, darisana kemudian tumbuh pengikut jejak salafush shaleh yang hanif pula maupun yang sebaliknya, yang pada akhirnya muncullah bermacam-macam firqah dan karakter muslim yang dapat dibedakan satu sama lain. Diantaranya;

            Pertama; Ada orang-orang yang kurang ikhlas dalam menjalankan nilai-nilai ketaatan. Mula-mula mereka hidup dalam kejahiliyahan, lalu atas hidayah Allah, mereka mulai menjalani kehidupan baru dalam keshalihan dan kemuliaan. Orang-orang disekeling mereka ‘berlabel’ sebagai orang-orang shalih. Namun sayangnya, dalam hatinya masih tersisa ganjalan-ganjalan. Mereka merasa bahwa menjadi shalih itu tidak mudah, sebab mereka harus meninggalkan kesenangan hawa nafsu yang semula bebas dinikmati. Ketika kemudian mereka melihat orang-orang yang masih tenggelam dalam kemaksiatan, mereka marah dan kesal, dalam hatinya berkata “Tidak akan aku biarkan mereka bersenang-senang.” Orang-orang yang memendam kekesalan seperti ini jika diberi kesempatan naik mimbar, mereka akan mengarahkan kekesalannya ke arah orang-orang yang gemar berbuat maksiat sampai hatinya puas, dan tidak lagi berpikir dampak yang ditimbulkan. Insapkah mereka para pelaku maksiat, atau bahkan menjauh?

            Kedua; Ada orang-orang yang tersisih dari pergaulan. Mula-mula mereka hidup tersisih, tidak memiliki kebanggaan, tidak memiliki sesuatu yang bisa diakui oleh masyarakat luas. Kemudian hidayah dan taufiq datang kepadanya, lalu mereka menjalani hidup sebagai orang shalih. sejak itu hidupnya berubah, kebanggaan muncul di hatinya, dirinya mulai merasa diakui oleh masyarakat disekitarnya. Hanya saja, rasa kebanggaan itu kadang berlebihan, bahkan itu menjadi tujuan besar dari amal-amalnya (riya’). Akhirnya penyimpangan-penyimpangan pun mulai bermunculan. Mula-mula mereka gemar mendebat pendapat orang lain, kemudian mulai menghakimi orang-orang yang tidak disukainya, mereka juga bersemangat membicarakan kelemahan dan aib-aib orang lain, bahkan mereka mulai membuka satu demi satu konflik. Orang seperti ini, jika berpendapat, ingin kelihatan unggul; jika diskusi, ingin mengalahkan argumentasi lawannya; jika bertanya, ingin pendapatnya diangkat, sedang pendapat orang lain dijatuhkan; jika berbicara, mereka selalu mengadili musuh-musuhnya. Demikianlah, yang dicari sebenarnya hanyalah pengakuan masyarakat terhadap dirinya, tetapi caranya berliku-liku.

Ketiga; Ada juga orang-orang yang memiliki kepentingan sempit dibalik dakwahnya. Mereka mendukung atau melakukan dakwah bukan karena kebenaran risalahnya, tetapi karena ingin berbisnis, ingin mendapat keuntungan, ingin mendapat pengakuan popularitas, atau karena hal lain. Munculnya kelompok-kelompok yang menggemparkan umat islam akhir-akhir ini, seperti Ahmadiyah, Kerajaan Tuhan, Al-Qur’an Suci, Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Hidup diatas Hidup, Hanif, Baha’iyah sebagai contohnya. Apa yang mereka ikrarkan tak ubahnya seperti apa yang pernah dilakukan orang-orang kafir pada masa Nabi saw. Mereka melakukan kedustaan-kedustaan yang didasari kebodohan dan kedengkian semata. Allah berfirman, ”Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad : 29-30)

            Sebagaimana kita ketahui para pemimpin kelompok-kelompok ini mengaku bahwa ia sebagai nabi dan rasul. Hal itu telah diantisipasi oleh Rasulullah saw sekaligus memberikan peringatan kepada kita, melalui sabda beliau, ”Akan keluar suatu kaum akhir zaman, orang-orang muda berpaham jelek. Mereka sama-sama mengucapkan perkataan ”Khairil Bariyyah” (firman-firman Allah yang dibawa oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Apabila kamu bertemu mereka, maka perangilah (lawanlah) mereka.” (HR. Bukhari) Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan, ”Akan ada di lingkungan umatku 30 orang pembohong. Mereka semua mengaku bahwa ia sebagai Nabi. Saya adalah Nabi penutup, dan tidak ada Nabi lagi sesudahku.” (HR. Turmudzi)

            Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa golongan kaum pembaharu yang cenderung mengingkari Al-Qur’an dan Al-Hadits ini tidak lain hanyalah kaki tangan orang-orang kafir yang telah membuat kedustaan dan tuduhan-tuduhan palsu tentang Al-Qur’an. Keberagaman pemahaman ajaran agama, terutama yang mengatasnamakan islam adalah kejadian masa lalu yang terulang kembali, ketika iblis melalui orang-orang kafir dan munafik mampu menciptakan pengaruh yang besar dalam membuat keraguan dan perpecahan dengan dalih pembaharuan.

            Banyak faktor penyebab dakwah islam menjadi keruh, tidak lagi bening seperti semula. Hal itu mungkin disebabkan karena proses mendapatkan pengetahuan agama, tujuan dakwah, maupun cara memahaminnya yang berbeda. Jelasnya, kebijaksanaan, ketawadhu’an, kearifan dan pengetahuan yang memadai dalam ilmu agama maupun syi’ar islam akan mampu mengantisipasi berbagai persoalan. Sehingga umat islam bersatu, kuat dan tidak gentar menghadapi musuh-musuh islam yang selalu mencari kelemahan dan kelalaian kita. Itulah hikmah sesungguhnya dari firman Allah SWT, “Dan taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian berbantah-bantahan sehingga kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian. Maka bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal : 46). Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar